Profesi Dokter, Sate Kambing Batibul dan Jokowi... (loh?)

Katanya kemarin ada demo di Jakarta yang dilakukan dokter menolak program KJS...
tergelitik dengan beberapa thread yang saya baca, yang seolah memojokkan pendemo tersebut, saya jadi ingin menulis beberapa hal yang sebetulnya perlu dipahami dengan pikiran yang sedikit terbuka dan mau menggunakan logika berpikir.

Okelah langsung saja ya..

1. apa sih arti kata profesi?

Pekerjaan yang membutuhkan pelatihan/pendidikan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Pelakuknya disebut profesional, mereka adalah orang-orang yang menggunakan keahlian khusus/spesifiknya dan dibayar untuk itu.
Jadi seorang profesional, mencari uang/nafkah dari keahlian khususnya itu.

2. apakah salah dokter mencari uang?
ya tidak lah, gak ada uang, anda tidak bisa makan dan membiayai keluarga anda bukan? setiap makhluk yang memiliki lobus frontal tentu dapat melihat itu sebagai suatu hal yang lumrah dan apa adanya.

3. dokter profesi mulia? masak sih?
gini loh, tidak ada profesi yang tidak mulia.
tidak ada insinyur, siapa yang bangun gedung?
tidak ada notaris, siapa yang mau dan ngerti ngurus akta tanah?
sama halnya, jika tidak ada dokter, siapa yang mau nyembuhin orang sakit?
tapi... kenapa kesannya dokter itu profesi yang "lebih dimuliakan" ya? (dulu, sekarang gak tau deh)

karena, profesi kami lekat dan hmmm, mungkin dapat dibilang salah satu profesi yang melakukan pengabdian cukup banyak kali ya (saya pribadi menganggap guru adalah profesi yang paling mulia) dan lekat sekali dengan seringnya melakukan tindakan sosial seperti pengobatan masal, dsb (note: tolong komparasikan dengan pengertian profesi dan profesional tadi)

apakah pernah ada enggineer perminyakan / sipil bikin bangun gedung atau ngebor minyak massal gratis? arsitek bikin rancangan gedung massal gratis? notaris bikin / bagi-bagi pengurusan pembuatan akta tanah gratis?

kalo dokter melakukan pengobatan gratis mah sering banget...
akhirnya lekatlah dokter dengan sebutan profesi "sosial" .

Apalagi dengan kondisi Indonesia yang masyarakatnya masih banyak yang tidak mampu akhirnya banyak dokter yang terpanggil untuk melakukan pengabdian (diperhatikan, kata2 yang selalu digunakan adalah pengabdian dan bukan kewajiban; artinya profesi ini melakukan sesuatu lebih yang sebetulnya diluar kewajibannya, rasa keterpanggilanlah yang membuat sebagian dokter terpanggil untuk mengabdi)

sampai akhirnya....warga waduk pun merasa mereka berhak menduduki tanah negara....
ups kok ngelantur...
hehe

maksudnya, akhirnya terlanjur timbul stigma bahwa dokter adalah pekerjaan sosial, padahal bukan, dokter adalah sama seperti profesi lain, kami menggunakan keahlian kami untuk mencari uang, hanya saja mungkin profesi ini lekat dengan kegiatan-kegiatan sosial sejak dulu kala sampai saat ini.

Dan ngenesnya, sekarang profesi ini, yang telah melakukan banyak hal yang sebetulnya diluar kewajibannya, tetapi tetap dilakukan berdasarkan rasa keterpanggilan untuk mengabdi, kemudian seolah-olah dibuat menjadi seonggok lintah penghisap darah....yang tega menyengsarakan orang yang sedang menderita...ampun deh

padahal ya, tidak sedikit dari dokter-dokter kita yang terkadang tetap mau dipanggil memeriksa pasien padahal sudah bukan jam jaga / prakteknya, tidak jarang kami menggratiskan bahkan nombokin biaya pasien karena ia tidak mampu.

Coba saja dipikir, memangnya ada profesi lain yang mau kerja diluar kewajibannya itu? bahkan nombokin kliennya?
- Apakah ada seorang enginer minyak rela ngebor minyak gratis gak dibayar, karena kasian melihat warga miskin semakin berat jika BBM naik
- Arsitek / sipil bikin gedung gratis karena kasian di Indonesia masih banyak orang tidur dijalanan...
- Notaris buat akta tanah gratis karena kasian banyak warga illegal tak punya sertifikat lahan
sebut deh contoh lainnya
Tapi, banyak dokter rela digaji rendah bahkan tidak digaji, melakukan pengobatan massal, ke hutan pedalaman rimba mengabdi di sana...semua demi pengabdian (catat bukan kewajiban).

Mungkin selain dokter, hanya guru yang mau seperti itu

4. dokter kambing hitam?
huehehehe bener banget udah kambing hitam, batibul pulak! alias bawah tiga bulan, sudah kambing hitam, empuk pula dijadikan santapan!

obat mahal....salah dokter? salahin tuh farmasi dan terutama pemerintah kenapa semua obat impor!

ditolak RS... salah dokter! edan apa? yang nolak itu RS, bukan dokter! kalo anda ditolak RS, dokter ya gak bisa periksa anda, kami kan pegawai RS juga. A very simple logic... nyalahin dokter itu salah alamat.

pasien gak sembuh,... salah dokter? ummm bisa iya, bisa ngak, cuman bayangin yee, anda di puskesmas, poli buka misalnya jam 8-jam 2 , 6 jam noh, minus makan dll, dll paling efektif anda kerja 5 jam (kok cuman 5 jam? mana saya tahu, tanya saja kepada yang membuat kebijakan, kita mah nurut aturan aja), pasien 100, ente dokter sendiri.

5 jam itu 300 menit, at least 100 pasien. Berarti 1 pasien dikasih 3 menit. Kalo trus anda ke puskesmas gak sembuh, jangan salahin dokternya, tapi salahin pemerintah edan yang nyuruh kami mendiagnosa dan mengobati pasien hanya dalam waktu 3 menit.

Anda tahu berapa waktu ideal untuk dokter periksa pasien? minimal 10 menit, ideal 15 menit. Jadi tolong jangan salahkan dokter puskesmas jika diagnosa mereka diagnosa "3 menit". Kan itu tho yang pemerintah anda sediakan buat warganya. Dokter meriksa pasien 30 sehari itu sudah limit, lebih dari itu bahaya, jujur aja, saya menyadari kok cara saya meriksa sudah berbeda sekali antara pasien pertama dan ke-50... dokter itu manusia, punya rasa lelah dan batas juga.

5. Lha hubungannya dengan Jokowi?
Nah sejak KJS jalan kan gratis tuh, pasien membludak luar biasa, pasien puskesmas di berbagai surat kabar dikatakan membludak 2 kali lipat. tenaga dokter tidak ditambah, setelah program dijalankan, baru "mengajukan penambahan dokter" astaga.... sebelum ada KJS aja, seperti ilustrasi di atas, dokter indonesia dipaksa pemerintahnya untuk melakukan diagnosa kilat 3 menit, membludak 2 kali lipat berarti jadi jadi 1,5 menit! Luar biasa. Ini yang edan siapa sih sebenernya?

Kalau beliau memang mau main dengan baik, harusnya yah hal ini sudah diprediksi, jumlah tenaga dokter ditambah sesuai prediksi tersebut baru program di-launching! bukan program dilaksanakan baru tambel sana tambel sini, emang nambah dokter kayak bikin kue nastar, beli telor pagi, sore jadi kue, kan tidak, bisa berbulan-bulan, jadi kalau sejawat di jakarta ada yang memprotes KJS itu justru normal dan wajar, karena pemerintah melakukan / melaksanakan program dengan persiapan yang tidak wajar...

Kemudian masalah wacana menggandeng universitas dan menggunakan dokter muda. Ampun...
Tolong ya, dokter muda / Co-assistant itu belum dokter, mereka bahkan belum ujian kompetensi, apalagi STR / SIP. Apa dasar hukum menggunakan jasa mereka? Mereka itu belum legal untuk berpraktik, mereka dapat berpraktik di RS pendidikan karena dinaungi institusi pendidikan dan disupervisi oleh dokter seniornya. Jika nanti dalam perjalanan anggaplah terjadi kesalahan pengobatan, malpraktek dsb, siapa yang mau disalahkan? kan jadi tidak jelas, kalau dalam RS pendidikan jelas yang jadi penanggungjawab jika terjadi hal-hal seperti itu terjadi adalah supervisornya, tapi dalam konteks pemanfaatan mereka untuk mendukung KJS tersebut? kan jadi absurd dan tidak jelas. Kebijakan prematur saya bilang.

Atau... menggunakan jasa dokter intrnship.. jiah... ini lagi, salah satu sasaran & tujuan internship kan sekalian pemerataan dan memenuhi kebutuhan dokter ke daerah2, selain memberikan kesempatan magang dan pematangan kompetensi, apa artinya kalau mereka ujung2nya disuruh di Jakarta lagi?

Kemudian masalah RS keluar KJS... gini, jokohok ngajuin ke pemda DKI itu hitungan 50.000 per kepala, tapi cuman di kasih berapa ya, saya agak lupa sekian belas ribu, maka mereka mengusahakan agar jadi setidaknya 23 rb kalau tidak salah (mohon dikoreksi) tetap sajalah, logis tidak, anda menganggarkan biaya kesehatan 20 rb untuk sebulan? buat beli panadol 2 strip saja habis itu.

Apalagi RS swasta, kan operasional gak ditanggung pemerintah, kalau mereka gak nutup utk biaya operasional, siapa yang mau bayar gaji karyawan RS tersebut? banyak yang "jelek2" justru tidak diketahui/disampaikan pada masyarakat.

Saya tidak tahu jika KJS ikut-ikutan suka telat bayar atau tidak, tapi kalau jamkesmas/jamkesda... bukan berita baru pemerintang nunggak mulu.

Gini deh, apa RS beli obat pakai daun? gaji SDM pakai rumput? semua kan dibayar pakai uang, dan itu berputar terus, pemerintah telat bayar, berarti mengganggu perputaran tersebut. Sekarang bayangin anda jadi direkturnya, anda wajib terima pasien terus, pengeluaran jalan terus, obat tetap harus dibeli , SDM tetap harus digaji, semua pakai uang dan gak bisa bayar pake daun dan batu, tapi bayaran gak turun2, telat. Lha trus itu bagaimana ceritanya? Kalau anda yang punya RS mau? kalau maupun, gimana mengelolanya?

Jokohok pemimpin yang baik, tegas, dan luar biasa. Tetapi untuk KJS ini memang perlu diakui banyak kelemahannya.

Sekian, terimakasih
Mungkin agak berantakan, tapi itu beberapa pikiran yang terlintas.

Oh iya, TS gak ikutan demo yak
lagian tidak di jakarta juga, tapi KJS ini memang menarik untuk diikuti

SOURCE: www.kaskus.co.id

0 komeng:

Posting Komentar