TKW Indon Vs TKW India

Quote:Tulisan di bawah ini bukanlah tulisan saya. Saya copy paste dari tulisan berjudul sama TKW Indon Vs TKW India oleh Handarbeni Hambegjani yang dipublish tanggal 10 Novembar 2012.

Quote:MOHON TIDAK ADA KOMENTAR YANG MENJATUHKAN DAN MENCELA BILA INGIN BERKOMENTAR. JIKA ADA YG SESUATU YG BURUK, MAKA BUANGLAH YG BURUK. JIKA TERDAPAT SISI POSITIFNYA, AMBIL DAN CONTOHLAH SISI POSITIF TERSEBUT.

Yuk, mulai..
Quote:Beberapa hari lalu, media massa sempat heboh, tapi pada Intinya, adalah tentang bunyi iklan diskon harga TKW.

Saya mulai dari angka minus, karena saya akan mohon maaf dulu kepada anda bila kurang berkenan dengan tulisan ini. Wokehh, selanjutnya, saya menangkap dua hal dari iklan ini, pertama, orang Malaysia itu sebenarnya miskin, namun tetap butuh menggunakan ‘pembantu’. Kedua dari dulu sampai sekarang, maaf-wanita tetap saja murah.

Perihal orang Malaysia miskin, sebenarnya merupakan pengalaman pribadi penulis ketika jalan jalan ke negeri jiran ini. Bayangan sebuah negara tetangga yang ‘wah’, itu lenyap seketika ketika penulis berjalan jalan di sebuah kampung disana. Negara Jiran Malaysia lalu Brunei, sebenarnya ,secara penampilan, tidak jauh berbeda dengan Indonesia, bahkan sama. Buksn melulu rumah gedongan, bahkan sebaliknya, rumah kayu plus tempel tempelan seng. Maaf-Jamban saja juga ada yang jauh dari rumah, dinding masih seng, kotor lagi.

Kemudian jika anda bertanya warung Kaki lima ala Indonesia? Semuanya ada!. Meski tentu pada beberapa hal ada beda. Management sampah, contohnya.

Maksud dari hal ini, adalah fakta lapangan (Rumah Majikan), bahwa tidak semua orang Malaysia itu orang kaya, sebagaimana bayangan para TKI dan TKW ketika masih di Indonesia. Bahkan, yang sampai berbulan bulan tidak mampu membayar ‘pembantu’-nya pun tidak sedikit.

Namun, Secara umum, entah mengapa, negara negara Commonwealth, mampu selangkah lebih maju dibandingkan negara negara yang merdeka secara independent, seperti negara Indonesia kita ini. (Tanya kenapa?, Ada yang Jawab ya..)

“Bukan Rok kami yang mini, Otak Kalian yang mini”

Sedangkan perkara yang kedua, dari dulu sampai sekarang wanita tetap saja Murah, hmm jangan marah yaa, inilah fakta di depan mata kita.

Dalam sebuah demonstrasi seorang demonstran perempuan membawa banner, bunyinya : “Bukan Rok kami yang mini, Otak Kalian yang mini”. Memang perempuan boleh bersuara, namun, dunia ini bukanlah taman surga yang damai sebagaimana impiannya Cinderella.

Mohon maaf, bisakah demonstran tersebut masih berkoar koar dengan bannernya, sementara di sebelahnya seorang gadis korban perkosaan?, Ataukan akan mulai berpikir sebaliknya mencari pakaian dan celana dalam bergembok besi?

Memang realitas yang ada di masyarakat (manapun) jika mau tulus mengakui, dunia ini berlaku hukum alam. Masih kurang bukti, kembali baca berita Kompas.com ini, dan temukan berita Iklan tersebut diatas. Yang kuatlah yang menang, Yang Kaya akan menindas yang miskin dst.

Lebih baik jangan bermimpi, ketika anda berjalan, menemukan sebongkah emas yang di jatuhkan oleh pengendara Mercy yang menciprati anda dengan genangan ari hujan atau yang analogi dengan itu.

Jika di dunia berlaku hukum Alam, yang kuat adalah yagn menang, maka makhluk yang lemah senantiasa cenderung di tindas, makhluk lemah untuk tema ini adalah TKW. Jika anda TKW saat ini, Jangnan merasa paling sempurna. Sebab seumpama anda berubah menjadi orang kuat, bisa jadi anda pun akan ganti menindas yang lemah, disadari atau tidak, bukti, tidak sedikit mantan TKW-TKI yang ganti profesi menjadi Agen tenaga kerja.

Ribuan mekanisme Undang Undang apapun, bisa jadi tidak akan berbicara banyak ketika berada dalam konteks ‘melawan hukum alam’ ini. Sebab inilah hukum purba yang ada di alam semesta ini. Kita harus menyadari Itu.

***

TKW India Vs TKW Indonesia

Sampai pada kejadian penulis potong rambut di salah satu ‘kedai gunting’ di negara jiran ini. Kebetulah pemilik kedai tersebut adalah orang India.

Berbincang ngalor-ngidul, akhirnya penulis sampai pada pertanyyan perihal TKW dari India. Jawabnya, Tidak Ada!.

Perempuan India tidak akan di-izinkan oleh keluarganya untuk bekerja, apalagi bekerja menjadi pembantu ala TKW.

Jika anda pernah ke Negara Arab, atau negara jiran Malaysia, Brunei (amiin) anda akan dapati laki laki india yang tidak memilih pekerjaan alusan, ataupun kasar. Penulis tidak mendapati ’sedikit’ kata pamrih dari jenis pekerjaan yang mereka lakukan. (Tentu dengan membedakan diskursus tema ini dengan teman etos kerja) Berbeda dengan orang Indonesia yang masih ‘terasa’ pamrih pada jenis kerjaannya.

Namun dibalik itu, Niscaya kita tidak akan mendapati TKW dari India, Yakinlah.

Akhirnya, Luar biasa, gumam saya memberikan respect kepada budaya India. Di negara besar yang tengah berkembang sebagaimana India, juga Indonesia, kemiskinan tentu masih menjadi mainstream.

Namun ada perbedaan mendasar yang terjadi di India versus Indonesia. Meski demikian, jika kembali kepada sebuah pepatah Jawa, perbedaan tersebut dapat di satukan lagi dalam kalimat tersebut : “Ajining diri ono ing lathi, Ajining Rogo ono ing Busono’.

Maksudnya, semiskin miskinnya orang, kalau masih menjaga ucapan, dan pakaian (termasuk tindak tanduk), akan tetap di ‘Ajeni’ dihargai, baik oleh dirinya atau orang lain. Sebaliknya Sekaya kaya nya orang, kalau tidak mencaga ucapan dan pakaian, tentu tidak ‘diajeni’/dihargai orang lain.

Lebih parah lagi adalah, jika sudah miskin, (juga) tidak mau menjaga lisan dan busana (pakaian, Interpretasi : tidak tanduk/tingkah laku) lagi!.

Dan pertanyaann kami kepada pembaca, bagaimana jika yang melakukan hal ini adalah perempuan? Dan inilah fenomena/peristiewa yang tengagh terjadi dengan ‘booming’ TKW indonesia ini.

Jowo sableng : Ojo di lebokno ati yoo..

Jika tidak mau sakit hati, Jangan Salahkan iklan itu. Itu hukum Alam… itu hukum ekonomi, Yang murah yang laku.., Sebaliknya marilah bercermn diri. Lihat dirimu wahai TKW dan pemimpin departement TKW negeri ini. dalam sebuah bahasa jawa sableng, penulis pernah mendengan ucapan kepada TKW demikian : Sak jane sing golekki kie yak opo to, wez wong wedhok, gawean gor dadi pembantu, wae di rewangi ninggal bojo anak, cenanangan tekan luar negeri barang..”, hmm.

Masih untung kalau TKW tersebut pulang ‘genep’, bagaimana kalau tidak, pun siapa yang bisa menjadi saksi senandainya dia ‘ngapa-ngapa’ disana? kalau balik ke hukum agama saya sieh, “…wong wedhok kie rak entuk metu omah yen gak karo muhkrime.. “

Mungkin, ungkapan ‘Jowo Sableng’ terwebut juga di diungkapkan oleh orang orang di India sana. Bedanya, bisa jadi perempuan-perempuan kita yang kalah arif saja untuk memahaminya.

Atau jika (ada) yang menyruuh suaminya, itu pasti karena si-Suami ada maunya.

Lalu Jika kemudian yang ‘wedhok’ mau (pergi) juga, itu pun juga karena pasti ada M, nya.

Konon, dalam sebuah primbon, M itu bunyinya : “MMau sama anu (besar)-nya juga”. …??

Quote:TRIT TENTANG INDIA (NGGAK NYESEL DEH KALAU BACA)
1. [PEMBELAAN] Jemputan Sekolah di India? Ini Jawaban Cowok Ane Yg India Tulen
2. India: No Toilet, No Bride
3. Bioskop India di Dubai
4. Antara Bahasa Indonesia dan Malayalam
5. Gaya Executive India
6. Murahnya Kuliah di India
7. India dan China Memang Luar Biasa
8. TKW Indon vs TKW India
9. Talk to Death, Jurus Maut Menang Diskusi Dengan Orang India
10. [Belajar dari India] Indian Pearl in Indonesian Mud
11. Kue Putu Indonesia dan Kue Puttu India

0 komeng:

Posting Komentar