IMHO, gambar-gambarnya mencerminkan semangat retrospektif yang komunal dan cenderung menempatkan altruisme di puncak tertinggi rantai komunitasnya. Namun, jika dilihat dari perspektif yang berseberangan, situs ini ibarat cacat bagi modernitas yang mengagung-agungkan egosentris dan individualisme semata.

Setiap kali melihat gambar-gambar yang memaparkan keterasingan yang meneduhkan seperti ini, setiap kali itu juga aku memikirkan ulang makna eskapisme yang sesungguhnya. Bukan jenis pelarian semu dari segala instrumen sosial, atau kecenderungan bersikap eksil yang sebatas mengunci ruang pergaulan. Atau berlibur ke suatu vila, sendirian, sandaran di kursi di pinggir kolam renang, sambil memutakhirkan status jejaring sosial yang isinya, "Semedi di vila, jauh dari kepengapan ibukota." Lantas berjeprat-jepret, mengunggahnya melalui Instagram.

Jujur saja, banyak dari kita yang telah keliru memahami eskapisme. Tanpa terkecuali, aku pun juga begitu.

Sekadar pelengkap, Fujian Tulou terbagi atas kluster-kluster, yang beberapa dari kluster-kluster tersebut, pada tahun 2008 telah diputuskan oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia.

Kluster tertua di situs ini bernama Qiyun lou yang terletak di desa Shajianin, dan dibangun pada tahun 1371.

Sekian dan terima kasih.