Pentingkah IPK tinggi?






Sigmanews - Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi sering menjadi parameter kesuksesan seorang mahasiswa dalam perkuliahan.



Ada seorang mahasiswa dengan kesibukan aktivitas yang luar biasa namun masih bisa memiliki IPK yang tinggi. Ada juga seorang mahasiswa yang memiliki banyak waktu untuk belajar namun IPK-nya tidak terlalu memuaskan. Lalu ada lagi mahasiswa yang memiliki IQ standar namun dapat memiliki IPK lumayan tinggi karena dia bersungguh-sungguh. Lalu, di manakah letak kesuksesan mahasiswa jika dilihat dari sebuah IPK?



Kata sukses bernilai subjektif, tergantung siapa yang memandangnya. Seperti dalam hal perkuliahan, kata sukses biasanya diberikan pada orang-orang yang kuliahnya bisa lulus cepat dan mendapatkan IPK yang tinggi.



Nilai IPK tidak ditentukan oleh seberapa banyak aktivitas yang dilakukan namun ditentukan dari seberapa besar kesungguhan mahasiswa yang sudah mengetahui kemampuannya sehingga dapat meraih nilai IPK yang memuaskan.



Perlu dicermati bahwa lulus cepat maupun nilai IPK tinggi tidak menjamin seseorang tersebut akan sukses dalam masa depannya. Dari sinilah muncul pertanyaan apa tujuan dari kuliah itu. Tidak salah jika kita berpendapat bahwa tujuan utama kuliah itu adalah bekerja.



Tetapi itu bukanlah tujuan utama, ketahuilah bahwa tujuan kuliah bukan hanya mendapatkan pekerjaan atau untuk mendapat IPK tinggi. Namun jauh di atas segalanya adalah belajar dalam berproses, itulah yang paling berarti dalam kuliah. Dari hal itu kita bisa mendewasakan pemikiran, menambah ilmu, dan pengalaman untuk menyongsong kehidupan ke depannya.



Jadi, apakah nilai IPK penting? Jawabannya penting. Karena IPK tinggi menjadi sasaran utama mahasiswa untuk melamar beasiswa, program pertukaran pelajar, lamaran kerja di perusahaan bagus, hingga melanjutkan ke jenjang yang lebih baik untuk memuaskan diri sendiri, orang tua, atau pun calon mertua atau istri.



Namun IPK bisa menjadi tidak penting. Sebab IPK itu seperti Intelligence Question (IQ) yang menurut Daniel Goleman-sang penemu Emotional Question (EQ)- bahwa setinggi-tingginya IQ hanya menentukan 20% bagi faktor-faktor yang menentukan sukses hidup, sementara 80% diisi oleh faktor-faktor kecerdasan lain,



semisal EQ. Riset itulah yang bisa menjungkirbalikkan mitos yang ada di antara kita selama ini, yaitu bahwa orang yang ber-IQ tinggi pasti sukses dalam hidupnya, sementara yang ber-IQ sedang-sedang saja, apalagi rendah, suram masa depan hidupnya.



Tingginya nilai IPK bisa menjadi tidak penting apabila tidak dibarengi dengan kecerdasan atau kemampuan lainnya. Karena apa yang kita perbuat dan kita usahakan itulah yang akan didapat.



Bila kita sudah berusaha tetapi tetap mendapatkan IPK yang kurang memuaskan, apa yang harus kita lakukan? Jangan berkecil hati sebab percuma saja memiliki IPK Cumlaude tetapi tidak memiliki EQ dan Spiritual Question (SQ). Sebaliknya, memiliki IPK Cumlaude dibarengi dengan EQ dan Spiritual Question (SQ) menjadi lebih luar biasa lagi.



Yang terpenting adalah bagaimana kita memaknai diri kita menjadi seorang mahasiswa yang dapat menyumbangkan hal-hal inspiratif dan positif dengan pemikiran yang kita miliki. Dengan tingkat berpikir yang semakin matang maka akan membedakan kita dengan orang lain dalam menyelesaikan setiap masalah yang menghadang.



Tentu seorang sarjana ingin menciptakan lapangan pekerjaan sebagai bentuk kontribusi bagi perkembangan ilmu, teknologi, ekonomi, serta masyarakat dan bangsa.

SOURCE: forum.indowebster.com

0 komeng:

Posting Komentar