[Travelista] Pasar-pasar Wisata Kota Yogyakarta


Pasar-pasar Wisata Kota Yogyakarta
Pemerintah Yogyakarta dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan potensi-potensi wisata yang belum optimal. Hal ini terbukti dari munculnya tempat-tempat wisata baru yang dapat memberikan alternatif pilihan lokasi wisata bagi para wisatawan yang hendak berkunjung ke Yogyakarta. lokasi wisata baru ini, didesain sedemikian menarik serta dikelola secara terpadu agar dapat meningkatkan daya tarik wisata. Mulai dari pembangunan sarana dan prasarana penunjang, peningkatan kualitas akses menuju lokasi, perawatan lokasi wisata, hingga penambahan antraksi-atraksi wisata sekunder. Hal ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan, serta dapat meninggalkan kesan di hati para pengunjung Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pasar tradisional merupakan salah satu atraksi wisata yang diusung Pemerintah Yogyakarta sebagai salah satu wisata budaya dan wisata minat khusus. Terdapat tiga pasar tradisional yang dikembangkan menjadi tempat wisata, yakni Pasar Beringharjo, Pasar Klithikan Pakuncen, dan Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY). Berikut ketiga pasar tersebut :

1. Pasar Beringharjo
Pasar khusus batik

Spoilerfor pict pasar bringharjo:
Pasar yang terletak di pusat kota Yogyakarta tepatnya di Jl. Jend A Yani ini, masih termasuk kedalam kawasan wisata malioboro. Pasar yang telah berdiri sejak zaman kerajaan ini merupakan pasar tradisional yang dikelola secara modern. Hal ini terlihat dengan kondisi pasar yang bersih, aman, nyaman, serta bersabat. Walaupun dikelola secara modern, hal tersebut tidak menghilangkan nilai-nilai kearifan local masyarakat Yogyakarta. Suasana pasar yang kental akan budaya Jawa, mulai dari penggunaan bahasa sampai pakaian yang digunakan merupakan asli budaya Jawa. Dari segi arsitektur Pasar Beringharjo merupakan gabungan antara arsitektur Belanda dan budaya jawa, hal ini memberikan kesan klasik pada setiap sudut bangunannya. Pasar yang telah berumur ratusan tahun ini tidak terlepas dari sejarah perkembangan Kota Yogyakarta hingga seperti sekarang ini.

Quote:Sejarah Pasar Beringharjo
Pembangunan pasar beringharjo merupakan salah satu bagian dari rancang bangun tata kota Kesultanan Ngayugyokarto Hardiningrat, yang biasa disebut pola catur tunggal dengan cakupan empat hal, yakni keraton sebagai pusat pemerintahan, alun-alun sebagai ruang public, mesjid sebagai tempat ibadah, dan pasar sebagai pusat transaksi ekonomi. Secara penempatan, pasar beringharjo berada di bagian luar bangunan Kraton Yogyakarta (njobo keraton), tepatnya di utara Alun-alun Utara.

Pada mulanya, wilayah Pasar Beringharjo, merupakan hutan beringin. Tak lama setelah berdiinya Kesultanan Ngayugyokarto Hardiningrat, tepatnya tahun 1758 M, wilayah ini kemudian dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Ratusan tahun kemudian Keraton Yogyakarta memandang perlu dibangun pasar yang lebih representative. Oleh sebab itu, pada 24 Maret 1925, Nederlandsch Indisch Beton Maatschappij (Perusahaan Beton Belanda), ditugaskan membangun los-los pasar. Pada akhir Agustus 1925, 11 kios telah terseleseikan dan yang lainnya menyusul secara bertahap.

Nama Beringharjo sendiri baru diberikan setelah bertahtanya Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tanggal 24 Maret 1925. Berliau memerintahkan agar semua instansi di bawah naungan Kesultanan Ngayugyokarto Hardiningrat menggunakan Bahasa Jawa. Digunakanlah nama Beringharjo, artinya wilayah yang semula hutan beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo). Nama Beringharjo dinilai tepat karena lokasi pasar merupakan bekas hutan beringin dan pohon beringin merupakan lambing kebesaran dan pengayoman bagi banyak orang.

sumber:jogjatrip

Pasar Beringharjo menawarkan produk batik kualitas tinggi dengan harga miring, mulai dari pakaian, seprei, bed cover, tirai, cover laptop, hingga berbagai macam aksesoris semua dengan motif batik. Oleh karena itu Pasar Beringharjo menjadi salah satu tujuan wisatawan luar maupun wisatawan domestic untuk berburu batik, cinderamata dan oleh-oleh khas kota jogja. Tidak hanya itu, pasar beringharjo juga menyediakan barang keperluan sehari-hari layaknya pasar-pasar pada umumnya.
Spoilerfor pict pasar bringharjo:
Spoilerfor pict pasar bringharjo:
Ada beberapa tips ketika berkunjung ke Pasar Beringharjo. Pertama, apabila akan berbelanja batik dengan harga yang lebih murah usahakan jangan pada saat hari libur. Menurut penuturan rekan saya yang asli jogja dan sering berbelanja di Pasar Beringharjo, harga batik pada hari libur lebih mahal dari pada harga batik dihari biasa. Kedua, pada saat menawar harga, mulailah dengan menawar sepertiga atau setengah dari harga yang ditawarkan penjual. Misalnya harga pakaian batik 30.000 anda tawar 10.000 atau 15.000, dan apabila dirasa harga masih kurang cocok, lebih baik mencari di kios/penjual batik yang lain. Ketiga apabila hendak membeli batik disarankan untuk berbelanja dengan saudara, rekan, atau kenalan asli orang jogja atau telah lama tinggal di jogja, hal ini terkait proses tawar menawar harga, apabila menawar dengan bahasa jawa biasanya mendapat harga yang lebih murah
Spoilerfor pict pasar beringharjo:
Spoilerfor pict pasar beringharjo:
Spoilerfor pict pasar beringharjo:

2.Pasar Klithikan Pakuncen
pasar khusus barang bekas dan unik
Spoilerfor pict pasar klithikan:
Bagi orang yang hobi mengoleksi barang-barang antik dan unik, Pasar Klithikan adalah tempat yang paling cocok untuk melengkapi koleksi yang kurang. Pasar Klithikan merupakan tempat transaksi barang-barang antik dan barang-barang bekas masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. selain itu Pasar Klithikan juga terkenal sebagai pasar serba ada, mulai dari pakaian, sepatu, onderdil motor, handphone, botol minuman, keris, sampai peralatan militer ada di Pasar Klithikan. Oleh karena itu, pemerintah Kota Yogyakarta menjadikan Pasar Klithikan penjadi salah satu lokasi wisata budaya yang dapat menarik wisatawan, baik wisatawan local maupun wisatawan mancanegara. Pasar Klithikan dikelola dengan sangat baik, sehingga dapat menambah nilai jual sebagai salah satu objek wisata budaya di Yogyakarta.

Quote:Sejarah Pasar Klithikan
Bila menarik dari sejarahnya, tidak diketahui secara pasti kapan pertama kali pedagang barang-barang bekas ini ada, namun banyak yang menduka pasar ini muncul disekitar tahun 1960-an tatkala ekonomi Indonesia terpuruk. Walau telah pulih dari keterpurukan ekonomi, keberadaan pasarini terlanjur menjadi tradisi bagi warga jogja, sehingga sehingga ia bertahan dalam bentuknya yang asli hingga menjelang tahun 2000. Wujud asli Pasar Klitikan adalah pasar yang dahulu terkenal dengan nama pasar senthir, atau pasar yang baru bukasetelah jam delapan malam dan berakhir menjelang tengah malam. Disebut pasar sentir karenapara penjual berada dil halaman toko-toko yang telah tutup dan biasanya gelap. Mereka menggelar barang dagangan dengan lapak beralas kain, terpal plastic, atau tikar seadanyadengan senthir atau lampu teplok (lampu minyak) sebagai penerang.

Kala itu, dengan penerangan dan penyajian ala kadarnya, ditambah karakter pengunjung Pasar Senthir yang senang mencari barang idaman dengan cara kasak-kusuk, maka pasar ini pun disebut Pasar Klithikan. Ada dua pendapat mengenai makna nama klitikhan ini, pertama, Prawiroatmojo (dalam Taniardi, 2009)mengatakan bahwa asal muasal nama klithik (Jawa) berarti suara klithik yang timbul dari uang logam (koin) atau benda yang terbuat dari logamberukuran kecil yang jatuh. Kedua, Partaatmaja (dalam Taniardi, 2009) memaknai klithik dari asal lata klitih (Jawa) yang mencari sesuatu hingga kemana-mana.

Dalam perkembangannya, pasar klitikan yang telah menjadi tradisi dan dianggap menjadi salah satu potensi wisatadi Yogyakarta, ini ditetapkan sebagai salah satu aktivitas warisan budaya yang pantas dijaga keutuhannya. Untuk itu pihak Balai Arkeologi Yogyakarta bersama Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya merumuskan model pelestariandengan jalan menerapkan system manajemen pelestarian warisan cagar budaya dari UNESCO (Taniardi, 2009)
sumber : jogjatrip


selanjutnya di post 1....

0 komeng:

Posting Komentar